Selasa, 06 September 2016

Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap Folklor

FOLKLOR
“Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap Folklor”



Disusun Oleh:
Dhani Susilowati         (15410227)


PROGDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2016




Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap Folklor

A.  Definisi folklor
·         Alan Dundes
Folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Sedangkan lore adalah tradisi. Folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
·         Danandjaja
Folklor secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

B.  Ciri-ciri folklor
·      Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi.
·      Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
·      Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
·      Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
·      Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
·      Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
·      Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
·      Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
·      Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi.



C.  Jenis-jenis folklor
Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan dan folklor bukan lisan.
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
·         Bahasa rakyat, seperti logat, dialek,julukan dan koskata bahasanya.
·         ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran
·         pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki
·         sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair
·         cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dongeng.
·         nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi

b. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
·         kepercayaan dan takhayul
·         permainan dan hiburan rakyat setempat
·         teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk
·         tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng
·         adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan
·         upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten
·         pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat

c. Folklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak, meliputi sebagai berikut:
·         arsitektur bangunan rumah tradisional, seperti Joglo di Jawa
·         seni kerajinan tangan tradisional
·         pakaian tradisional
·         obat-obatan rakyat
·         alat-alat musik tradisional
·         peralatan dan senjata yang khas tradisional
·         makanan dan minuman khas daerah


D. Keterkaitan Gerhana Matahari dan Folklor
1. Perstiwa gerhana matahari erat kaitannya dengan mitos.
     Bukan hanya di Indonesia, bahkan setiap negara memiliki mitos tersendiri yang berhubungan dengan gerhana matahari. Berikut motos-mitos mengenai gerhana matahari:
·         Dalam masyarakat Babilonia, gerhana matahari dipercaya dapat menyebabkan jatuhnya kekuasaan raja.
·         Dalam mitologi Hindu, pelayan iblis, Rahu dan Ketu, dipercaya sebagai penyebab gerhana karena mereka menelan matahari. Mereka mampu menyedot cahaya yang memberikan kehidupan bagi manusia. Maka dari itu, beberapa kalangan beragam Hindu di Asia, menyambut gerhana matahari dengan memukul kaleng dan kentongan atau membuat api unggun. Mereka berupaya untuk membuat Rahu takut dan tidak memakan mereka.
·         Bangsa di masa Yunani kuno percaya jika gerhana matahari merupakan tanda adanya bencana dan kerusakan. Ini merupakan awal dari kemarahan Tuhan.
·         Di beberapa bagian pedalaman India, mereka masih percaya jika gerhana matahari bisa meracuni tanaman dan makanan yang mereka miliki.
·         Cerita rakyat Korea percaya jika gerhana matahari terjadi karena matahari dicuri oleh anjing siluman.
2. Cerita mengenai peristiwa gerhana matahari sering dikisahkan secara lisan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya dan pengarang dari cerita tersebut  tidak diketahui, sehingga ceritanya menjadi milik bersama dalam  suatu masyarakat.
3. Cerita mengenai peristiwa gerhana matahari yang diwariskan oleh generasi terdahulu biasanya memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dan tidak dapat diterima secara umum.
4. Gerhana marahari yang terjadi di Indonesia, secara tidak langsung dapat mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisatawan domestik maupun mancanegara yang sengaja menyaksikan peristiwa tersebut.
5. Ekonomi termasuk salah satu unsur yang terdapat dalam folklor, sehingga peristiwa gerhana matahari yang terjadi di Indonesia sangat berkaitan dengan kajian folklor. Dengan adanya gerhana matahari, jumlah permintaan kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari menjadi semakin meningkat.
6. Peristiwa gerhana matahari dapat mengenalkan keadaan sosial  daerah tertentu di Indonesia kepada wisatawan yang menyaksikan peristiwa tersebut.  Hal itu sesuai dengan folklor yang berfungsi sebagai pengenal sosial.



Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar