FOLKLOR
“Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap
Folklor”
Disusun
Oleh:
Dhani Susilowati (15410227)
PROGDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
PGRI SEMARANG
2016
Pengaruh
Gerhana Matahari Terhadap Folklor
A. Definisi folklor
·
Alan Dundes
Folk berarti sekelompok
orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat
dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Sedangkan lore adalah tradisi. Folk,
yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan
atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat.
·
Danandjaja
Folklor secara
keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
B. Ciri-ciri folklor
· Penyebaran
dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi.
· Bersifat
tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk
standar.
· Berkembang
dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan
sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap
bertahan.
· Bersifat
anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
· Biasanya
mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil
hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai
dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
· Mempunyai
manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat
pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
· Bersifat
pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
· Menjadi
milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
· Pada
umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau
terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan)
emosi.
C. Jenis-jenis folklor
Jan Harold Brunvand,
seorang ahli folklor Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga kelompok
besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan dan
folklor bukan lisan.
a.
Folklor Lisan
Folklor
jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai
berikut:
·
Bahasa rakyat, seperti logat,
dialek,julukan dan koskata bahasanya.
·
ungkapan tradisional seperti peribahasa
dan sindiran
·
pertanyaan tradisonal yang dikenal
sebagai teka-teki
·
sajak dan puisi rakyat, seperti pantun
dan syair
·
cerita prosa rakyat, seperti mite,
legenda, dongeng.
·
nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali”
dari Betawi
b.
Folklor sebagian Lisan
Folklor
ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
·
kepercayaan dan takhayul
·
permainan dan hiburan rakyat setempat
·
teater rakyat, seperti lenong, ketoprak,
dan ludruk
·
tari rakyat, seperti tayuban, doger,
jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng
·
adat kebiasaan, seperti pesta selamatan,
dan khitanan
·
upacara tradisional seperti tingkeban,
turun tanah, dan temu manten
·
pesta rakyat tradisional seperti bersih
desa dan meruwat
c.
Folklor Bukan Lisan
Folklor
ini juga dikenal sebagai artefak, meliputi sebagai berikut:
·
arsitektur bangunan rumah tradisional,
seperti Joglo di Jawa
·
seni kerajinan tangan tradisional
·
pakaian tradisional
·
obat-obatan rakyat
·
alat-alat musik tradisional
·
peralatan dan senjata yang khas
tradisional
·
makanan dan minuman khas daerah
D. Keterkaitan Gerhana Matahari dan
Folklor
1.
Perstiwa gerhana matahari erat kaitannya dengan mitos.
Bukan hanya di Indonesia, bahkan setiap
negara memiliki mitos tersendiri yang berhubungan dengan gerhana matahari.
Berikut motos-mitos mengenai gerhana matahari:
·
Dalam masyarakat Babilonia, gerhana
matahari dipercaya dapat menyebabkan jatuhnya kekuasaan raja.
·
Dalam mitologi Hindu, pelayan iblis,
Rahu dan Ketu, dipercaya sebagai penyebab gerhana karena mereka menelan
matahari. Mereka mampu menyedot cahaya yang memberikan kehidupan bagi manusia.
Maka dari itu, beberapa kalangan beragam Hindu di Asia, menyambut gerhana
matahari dengan memukul kaleng dan kentongan atau membuat api unggun. Mereka
berupaya untuk membuat Rahu takut dan tidak memakan mereka.
·
Bangsa di masa Yunani kuno percaya jika
gerhana matahari merupakan tanda adanya bencana dan kerusakan. Ini merupakan
awal dari kemarahan Tuhan.
·
Di beberapa bagian pedalaman India,
mereka masih percaya jika gerhana matahari bisa meracuni tanaman dan makanan
yang mereka miliki.
·
Cerita rakyat Korea percaya jika gerhana
matahari terjadi karena matahari dicuri oleh anjing siluman.
2. Cerita mengenai peristiwa gerhana matahari sering
dikisahkan secara lisan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya dan
pengarang dari cerita tersebut tidak
diketahui, sehingga ceritanya menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat.
3. Cerita mengenai peristiwa gerhana matahari yang
diwariskan oleh generasi terdahulu biasanya memiliki logika sendiri yang tidak
sesuai dan tidak dapat diterima secara umum.
4. Gerhana marahari yang terjadi di Indonesia,
secara tidak langsung dapat mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisatawan
domestik maupun mancanegara yang sengaja menyaksikan peristiwa tersebut.
5. Ekonomi termasuk salah satu unsur yang terdapat
dalam folklor, sehingga peristiwa gerhana matahari yang terjadi di Indonesia
sangat berkaitan dengan kajian folklor. Dengan adanya gerhana matahari, jumlah
permintaan kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari menjadi semakin
meningkat.
6. Peristiwa gerhana matahari dapat mengenalkan
keadaan sosial daerah tertentu di
Indonesia kepada wisatawan yang menyaksikan peristiwa tersebut. Hal itu sesuai dengan folklor yang berfungsi
sebagai pengenal sosial.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar