Selasa, 06 September 2016

Folklor: Penelitian Legenda Desa Kalidadap

  
LAPORAN PENELITIAN FOLKLOR
“Legenda Desa Kalidadap, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo”



Disusun Oleh:
Dhani Susilowati  (15410227)


PROGDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akhir-akhir ini, banyak generasi muda yang lupa akan identitasnya. Bukan identitas seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Identitas yang dimaksud dalam hal ini adalah asal-usul. Tidak sedikit generasi penerus bangsa yang bersembunyi ketika ditanya bagaimana asal-usul negaramu? Asal-usul negara mungkin dapat dipelajari melaui pelajaran sejarah, oleh karena itu, masih banyak generasi muda yang mengerti tentang sejarah Indonesia.
Namun, ketika pertanyaanya diubah menjadi, bagaimana asal-usul sukumu atau bagaimana asal-muasal daerah tempat tinggalmu? Meskipun mereka terlihat sangat dekat dan cinta dengan daerah asalnya, akan tetapi tidak jarang dari mereka yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan tersebut.
Cerita kedaerahan yang sudah mulai luntur di kalangan masyarakat memicu lunturnya kecintaan terhadap daerah asal. Hal itu akan menciptakan generasi muda yang lupa akan jati dirinya. Berkurangnya penutur cerita tradisional kedaerahan juga memicu hilangnya budaya yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
Dalam hal ini, permasalahan yang dihadapi masyarakat dikaitkan dalam kajian folklor. Folklor mempelajari kebudayaan tradisional baik lisan, sebagian lisan dan bukan lisan. Cerita kedaerahan yang bersifat lisan seperti asal-usul suatu daerah (legenda) dikaji dalam folklor.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu pengungkapan legenda Desa Kalidadap, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Rumusan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.         Apa yang anda (narasumber) ketahui mengenai legenda (asal-usul) Desa Kalidadap?
2.         Kapan tepatnya Desa Kalidadap terbentuk?
3.         Siapa pendiri atau penemu Desa Kalidadap?
4.         Mengapa cerita ini masih tetap ada di masyarakat dan turun temurun dari generasi ke generasi?



C.     Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan memahami legenda Desa Kalidadap, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo.
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan kebudayaan lisan yang belum pernah dibukukan dan tidak diketahui pengarangnya (anonim). Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk generasi muda agar semakin mengenal identitas dirinya.


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian ini mengkaji legenda Desa Kalidadp, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo yang termasuk contoh dari folklor sebagian lisan.  Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara. Proses tanya jawab dilakukan dengan memilih narasumber warga setempat yang telah lama mejadi masyarakat Desa Kalidadap.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil jawaban dari tiga narasumber. Ketiga narasumber tersebut diantaranya Mbah Kasmorejo, Bapak Mismanto dan Bapak Jumadi. Masing-masing narasumber adalah warga masyarakat asli Desa Kalidadap yang tergolong 
Mbah Kasmorejo merupakan penduduk asli Desa Kalidadap yang telah berusia 78 tahun. Narasumber kedua, Bapak Mismanto juga penduduk asli Desa Kalidadap tetapi beliau telah lama merantau di Kalimantan. Meskipun demikian beliau tidak melupakan asal-usul desanya. Saat ini Bapak Mismanto berusia 47 tahun. Sedangkan narasumber ketiga merupakan ketua RT 01 RW 01 Desa Kalidadap. Beliau bernama Bapak Jumadi. Usianya mendekati 64 tahun.
  Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi langsung dengan wawancara. Teknik Observsi  langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan informan (narasumber). Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung sesuai dengan data pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Dalam penelitian ini, data disajikan secara kualitatif. Penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa- peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Desa Kalidadap. Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomena yang terjadi, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan.
            Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya  kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang berkaitan dengan legenda Desa Kalidadap lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di lapangan.

B.       Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode wawancara. Kemudian diperoleh data sebagai berikut:
Pertanyaan dan jawaban
1.         Apa yang anda ketahui mengenai asal-usul Desa Kalidadap?
Jawaban:           
a.       Desa Kalidadap ini awalnya adalah hutan belantara yang tidak dihuni oleh siapa pun.
b.      Desa ini diberi nama Desa Kalidadap karena orang yang membuka desa ini, dulunya menemukan sebuah sungai yang pinggir-pinggirnya ditumbuhi pohon dadap.
c.       Kalidadap berasal dari dua kata yaitu “kali” dan “dadap”. Kali berarti sungai sedangkan dadap adalah nama sebuah pohon. Sebab ada pohon dadap yang tumbuh di tepi-tepi sungai, maka pendiri desa ini memberi nama Desa Kalidadap.
2.         Kapan tepatnya Desa Kalidadap terbentuk?
Jawaban:
a.    Saya tidak lupa meskipun saya sudah tua. Namun sejak saya kecil dulu, orang tua saya memang tidak pernah dikisahkan kapan desa ini muncul, yang jelas desa ini sudah ada dan sudah bernama.
b.    Desa Kalidadap sudah ada sejak sangat lama, saya tidak tahu tepatnya kapan.
c.    Meskipun saya resmi sebagai ketua RT di desa ini dan sudah menjabat sepuluh tahun, tapi jujur saja saya tidak tahu sejak kapan desa ini ada. Sebenarnya dalam jurnal Desa Kalidadap memang tidak tercantum tahun berdirinya desa ini. Saya pernah membaca jurnal yang ada di Kantor Kelurahan yang sengaja ditunjukkan oleh Bu Lurah kepada seluruh pejabat desa. Tetapi memang hanya ada sejarah Desa Kalidadap yang dibukukan berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat.
3.         Siapa pendiri atau penemu Desa Kalidadap?
Jawaban:
a.    Kalidadap tidak serta-merta ditemukan, melainkan diciptakan atau dibagun dengan perjuangan leluhur desa. Beliau adalah Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung.
b.    Desa Kalidadap didirikan oleh Dewi Sri Larasati dan Tunggul Wulung. Biasanya masyarakat desa lebih mengenalnya dengan sebutan Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung. Mbah Larasati itu bukan sembarang orang, beliau sakti karena sebelum benar-benar menjadi manusia beliau adalah dewi. Namun sayang sekali, beliau diturunkan ke bumi lantaran tidak disenangi.
c.    Mbah Dewi Sri Larasati dan Mbah Tunggul Wulung adalah sepasang manusia yang pertama kali mempunyai gagasan untuk membangun hutan belantara menjadi sebuah desa. Maka jadilah Desa Kalidadap. Dulunya tentu saja tidak seperti keadaan sekarang ini.
4.         Mengapa cerita ini masih tetap ada di masyarakat dan turun temurun dari generasi ke generasi?
Jawaban:
a.       Memang harusnya cerita seperti ini tidak boleh dilupakan oleh anak cucu yang menjadi pemuda-pemudi desa ini. Tetapi kenyataannya sudah banyak yang anak muda yang tidak paham jika ditanya asal-usul Desa Kalidadap. Namun, masih banyak juga yang hapal betul cerita desa ini. Saya sebagai orang tua khususnya sering menyebarkan cerita ini dengan cara mendongeng pada anak-anak saya sebelum mereka tidur. Jika saat ini kadang-kadang saya bercertita tentang desa ini zaman dulu kepada cucu saya saat menemani mereka bermain.
b.      Cerita ini mamang sudah seharusnya menjadi obrolan dan cerita menarik di kalangan masyarakat desa. Pasalnya cerita inilah yang menjadi sejarah desa ini. Sejarah sama halnya dengan aset berharga yang harus dipahami dan dipelajari oleh para pemuda dan pemudinya.
c.       Cerita ini memang masih ada di masyarakat, tapi tampaknya sudah mulai luntur. Saya sendiri tidak tahu penyebab pastinya. Tapi saya kira cerita itu luntur karena tidak adanya pencerita yang benar-benar paham dan mau menceritakannya kepada generasi muda. Bukan semata-mata kesalahan dari orang tua yang tidak mau menyebarkan cerita ini kepada anak-anaknya, tetapi perkembangan teknologi pula yang menyebabkan kurangnya minat generasi muda terhadap cerita-cerita seperti ini.

Keterangan:
a.       Jawaban dari Mbah Kasmorejo (narasumber)
b.      Jawaban dari Bapak Mismanto (narasumber)
c.       Jawaban dari Bapak Jumadi      (narasumber)

Dari jawaban para narasumber terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, cerita legenda Desa Kalidadap dapat dirangkai secara utuh. Berikut rangkaian cerita Legenda Desa Kalidadap:



Legenda Desa Kalidadap

Pada zaman dahulu hiduplah seorang wanita muda bernama Dewi Sri Larasati. Larasati sebenarnya adalah seorang dewi yang dirutunkan dari kahyangan lantaran sudah tidak disegani oleh dewi-dewi lainnya. Dewi Larasati kemudian dikutuk menjadi manusia dan diturunkan ke bumi.
Larasati tidak mengerti tempat-tempat yang ada di bumi, yang dia tahu hanyalah hutan belantara tempatnya pertama kali menginjak bumi. Oleh sebab rasa takut, ia pun terus berjalan berniat keluar dari hutan itu. Namun, tanaman-tanaman hijau yang menjulang tinggi dan rimbun itu tampak tidak pernah habis. Dia tidak bisa keluar dari hutan belantara.
            Setelah berjalan lama, akhirnya Larasati menemukan sungai (saat ini bernama Sungai Lokulo). Hatinya sangat senang karena berpikir akan segera keluar dari hutan. Dia mempercepat jalannya hingga sampai di tepi sungai. Di sana, dia menemukan seorang manusia laki-laki yang sedang duduk di bawah pohon dadap. Lalu Larasati menghampiri  lelaki itu dan terjadilah perkenalan.
            Lelaki itu bernama Tunggul Wulung, manusia pengembara yang tersesat dan berharap keluar dari hutan belantara. Harapan Larasati dan Tunggul Wulung pupus mengingat pengalaman mereka berdua yang tidak kunjung menemukan jalan keluar. Larasati berjalan dari arah utara dan berhenti di Sungai Lokulo setelah berbulan-bulan tidak bisa keluar dari hutan. Begitu pun dengan Tunggul Wulung yang berjalan dari arah selatan dan tidak menemukan jalan keluar.
            Larasati dan Tunggul Wulung pada akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Sebab tidak ada manusia lain yang bersama mereka saat itu, lalu mereka berdua memutuskan untuk menikah dan hidup bersama sebagai pasangan. Untuk melindungi diri dari serangan binatang buas, mereka mendirikan rumah dari kayu yang berada di sebelah selatan Sungai Lokulo.
Selang beberapa puluh tahun, mereka telah memiliki banyak anak dan hidup bahagia di hutan itu. Sekarang hutan itu pun sudah tidak melulu kayu-kayu besar, ada pula rumah-rumah dengan berbagai aktivitasnya. Anak-anak kecil bermain di sungai sambil mencari ikan, wanita yang sudah menjadi ibu memasak di tanah lapang untuk santapan para lelaki setelah pulang berburu.
Nah! pada perkumpulan makan besar di tengah lapang, seseorang bertanya perihal nama tempat yang mereka tinggali. Semua anak mendadak bingung dan meminta jawaban dari ibu mereka masing-masing. Ibu mereka pun bingung dan pertanyaan yang asama akhirnya ditujukan pada Larasati dan Tunggul Wulung. Sepasang manusia itu telah berganti panggilan menjadi Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung pun bingung.
Maka pada akhirnya mereka berdua jujur pada anak cucu mereka, bahwasannya memang tempat yang mereka tinggali dari dulu belum bernama. Kemudian semua orang yang hadir dalam makan besar itu berdiskusi untuk memberi nama tempat tersebut.Pada akhirnya tempat itu diberi nama Desa Kalidadap. Nama tersebut muncul dari awal pertemuan Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung di tepi sungai, tepatnya di bawah pohon dadap.

C.                 Pengalaman Berharga
 Penelitian ini tentunya memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti. Dimulai dari proses rancangan penelitian, peneliti dituntut untuk jeli dalam membuat srtuktur atau metode penelitian. Berikut ini urutan struktur penelitian yang dilakukan:
1)      Langkah awal dalam penelitian ini yaitu menentukan tema dan judul penelitian.
2)      Selanjutnya pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber terlebih dahulu dirancang oleh peneliti.
3)      Setelah persiapan pertanyaan, barulah peneliti memilih 3 narasumber berdasarkan rekomendasi dan data dari ketua RT Desa Kalidadap.
4)      Kemudian penulis menentukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara.
5)      Peneliti membutuhkan waktu 3 hari dalam proses wawancara dan perolehan data.
6)      Setelah semua data berhasil ditentukan, barulah peneliti menyusun laporan penelitian.

Berikut cerita pribadi peneliti dalam upayanya melakukan penelitian ini:
Jujur penelitian ini membuat saya berpikir sedikit lebih keras dan berusaha lebih keras daripada mengerjakan tugas-tugas kuliah yang biasanya. Pasalnya saya harus benar-benar terjun ke lapangan untuk mencari data. Bukankah sangat sulit mengarang cerita kalau pun saya berniat mengerjakan tugas ini secara sembarang dan asal-asalan?
Nah! pada akhirnya saya pun merancang pertanyan setelah menentukan tema dan judul. Saya kira merancang pertanyaan bukanlah hal yang sulit jika dibandingkan dengan proses wawancara. Saya memerlukan waktu 3 hari untuk wawancara dan mencari data. Pada hari pertama, saya datang ke rumah Ketua RT. Namun, saya tidak bisa langsung melakukan wawancara karena Ketua RT sedang di sawah, alhasil saya harus pulang tanpa mengantongi informasi.
Hari berikutnya saya datang lagi ke rumah Ketua RT setelah kemarin membuat janji dengan Bu RT. Hari itu saya baru bisa melakukan wawancara dengan Ketua RT. Jawaban Pak RT terhadap pertanyaan yang saya berikan cukup mudah dicerna dan tidak berbelit-belit karena beliau sudah membaca arsip desa  mengenai asal-usul Desa Kalidadap sebelumnya. Sesi wawancara dengan Pak RT pun berujung dengan sukses dan akhirnya foto bersama.
Untuk wawancara dengan 2 narasumber yang lainnya sangatlah mudah karena saya mewawancarai Mbah Kasmo (nenek saya) dan Bapak Mismanto (pakdhe saya). Mbah Kasmo bisa dikatakan sebagai pemilik cerita dan Bapak Mismanto sebagai pendukung cerita. Sebenarnya saya agak malu karena tidak pernah melibatkan keluarga dalam urusan sekolah, tetapi kali ini untunglah mereka memahami meskipun saya mewawancarai mereka di momen lebaran yang notabene masih banyak tamu. Alhasil wawancara sukses tanpa ada halangan apa pun.
Dalam pengambilan gambar Sungai Lokulo sebagai bukti awal mulanya Desa Kalidadap, saya harus ke ujung utara desa. Jaraknya cukup jauh dari rumah jalannya pun sulit. Saya harus berjalan kaki untuk menuju sungai ini. Berhubung lokasinya agak jauh, saya mengajak teman sepermainan di desa agar dia mau menemani saya ke Sungai Lokulo.

  
D.    Lampiran



Sungai Lokulo, Desa Kalidadap

Bersama Narasumber Mbah Kasmorejo dan Bapak Mismanto

Bersama Narasumber Bapak Jumadi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar