LAPORAN PENELITIAN FOLKLOR
“Legenda Desa Kalidadap, Kecamatan
Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo”
Disusun
Oleh:
Dhani
Susilowati (15410227)
PROGDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
PGRI SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhir-akhir
ini, banyak generasi muda yang lupa akan identitasnya. Bukan identitas seperti
Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Identitas yang
dimaksud dalam hal ini adalah asal-usul. Tidak sedikit generasi penerus bangsa
yang bersembunyi ketika ditanya bagaimana asal-usul negaramu? Asal-usul negara
mungkin dapat dipelajari melaui pelajaran sejarah, oleh karena itu, masih
banyak generasi muda yang mengerti tentang sejarah Indonesia.
Namun,
ketika pertanyaanya diubah menjadi, bagaimana asal-usul sukumu atau bagaimana
asal-muasal daerah tempat tinggalmu? Meskipun mereka terlihat sangat dekat dan
cinta dengan daerah asalnya, akan tetapi tidak jarang dari mereka yang tidak
dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan tersebut.
Cerita
kedaerahan yang sudah mulai luntur di kalangan masyarakat memicu lunturnya
kecintaan terhadap daerah asal. Hal itu akan menciptakan generasi muda yang
lupa akan jati dirinya. Berkurangnya penutur cerita tradisional kedaerahan juga
memicu hilangnya budaya yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
Dalam
hal ini, permasalahan yang dihadapi masyarakat dikaitkan dalam kajian folklor.
Folklor mempelajari kebudayaan tradisional baik lisan, sebagian lisan dan bukan
lisan. Cerita kedaerahan yang bersifat lisan seperti asal-usul suatu daerah
(legenda) dikaji dalam folklor.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dibahas dalam penelitian ini
yaitu pengungkapan legenda Desa Kalidadap, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten
Wonosobo. Rumusan masalah dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apa yang anda
(narasumber) ketahui mengenai legenda (asal-usul) Desa Kalidadap?
2.
Kapan tepatnya
Desa Kalidadap terbentuk?
3.
Siapa pendiri
atau penemu Desa Kalidadap?
4.
Mengapa cerita
ini masih tetap ada di masyarakat dan turun temurun dari generasi ke generasi?
C.
Tujuan Penelitian
Secara
umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan memahami legenda Desa
Kalidadap, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan kebudayaan lisan yang belum
pernah dibukukan dan tidak diketahui pengarangnya (anonim). Selain itu, hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk generasi muda agar
semakin mengenal identitas dirinya.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Pengumpulan Data
Metode
penelitian ini mengkaji legenda Desa Kalidadp, Kecamatan Wadaslintang,
Kabupaten Wonosobo yang termasuk contoh dari folklor sebagian lisan. Dalam penelitian ini digunakan metode
wawancara. Proses tanya jawab dilakukan dengan memilih narasumber warga
setempat yang telah lama mejadi masyarakat Desa Kalidadap.
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil jawaban dari tiga
narasumber. Ketiga narasumber tersebut diantaranya Mbah Kasmorejo, Bapak
Mismanto dan Bapak Jumadi. Masing-masing narasumber adalah warga masyarakat
asli Desa Kalidadap yang tergolong
Mbah
Kasmorejo merupakan penduduk asli Desa Kalidadap yang telah berusia 78 tahun.
Narasumber kedua, Bapak Mismanto juga penduduk asli Desa Kalidadap tetapi
beliau telah lama merantau di Kalimantan. Meskipun demikian beliau tidak
melupakan asal-usul desanya. Saat ini Bapak Mismanto berusia 47 tahun.
Sedangkan narasumber ketiga merupakan ketua RT 01 RW 01 Desa Kalidadap. Beliau
bernama Bapak Jumadi. Usianya mendekati 64 tahun.
Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi langsung dengan
wawancara. Teknik Observsi langsung
merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan
informan (narasumber). Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab
langsung sesuai dengan data pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Dalam
penelitian ini, data disajikan secara kualitatif. Penelitian kualitatif
dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Penelitian
kualitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan
uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau
perhitungan, melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi
terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam
bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Pendekatan
kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih
mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan
dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data
penelitian bersumber dari peristiwa- peristiwa komunikasi dan situasi alamiah
yang berlangsung di masyarakat Desa Kalidadap. Bersifat deskriptif, maksudnya
data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi dengan konteks
terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh
hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis
data dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomena yang terjadi, artinya hasil
analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan.
Lebih mengutamakan proses daripada
hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan
pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan
pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan
target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya
tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat
induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau
menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang
berkaitan dengan legenda Desa Kalidadap lebih didasarkan pada data alamiah yang
terkumpul di lapangan.
B.
Pengolahan Data
Penelitian
ini menggunakan metode wawancara. Kemudian diperoleh data sebagai berikut:
Pertanyaan
dan jawaban
1.
Apa yang anda
ketahui mengenai asal-usul Desa Kalidadap?
Jawaban:
a. Desa Kalidadap ini awalnya adalah hutan belantara
yang tidak dihuni oleh siapa pun.
b.
Desa ini diberi
nama Desa Kalidadap karena orang yang membuka desa ini, dulunya menemukan
sebuah sungai yang pinggir-pinggirnya ditumbuhi pohon dadap.
c.
Kalidadap
berasal dari dua kata yaitu “kali” dan “dadap”. Kali berarti sungai sedangkan
dadap adalah nama sebuah pohon. Sebab ada pohon dadap yang tumbuh di tepi-tepi
sungai, maka pendiri desa ini memberi nama Desa Kalidadap.
2.
Kapan tepatnya
Desa Kalidadap terbentuk?
Jawaban:
a.
Saya tidak lupa
meskipun saya sudah tua. Namun sejak saya kecil dulu, orang tua saya memang
tidak pernah dikisahkan kapan desa ini muncul, yang jelas desa ini sudah ada
dan sudah bernama.
b.
Desa Kalidadap
sudah ada sejak sangat lama, saya tidak tahu tepatnya kapan.
c.
Meskipun saya
resmi sebagai ketua RT di desa ini dan sudah menjabat sepuluh tahun, tapi jujur
saja saya tidak tahu sejak kapan desa ini ada. Sebenarnya dalam jurnal Desa
Kalidadap memang tidak tercantum tahun berdirinya desa ini. Saya pernah membaca
jurnal yang ada di Kantor Kelurahan yang sengaja ditunjukkan oleh Bu Lurah
kepada seluruh pejabat desa. Tetapi memang hanya ada sejarah Desa Kalidadap
yang dibukukan berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat.
3.
Siapa pendiri
atau penemu Desa Kalidadap?
Jawaban:
a.
Kalidadap tidak
serta-merta ditemukan, melainkan diciptakan atau dibagun dengan perjuangan
leluhur desa. Beliau adalah Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung.
b.
Desa Kalidadap
didirikan oleh Dewi Sri Larasati dan Tunggul Wulung. Biasanya masyarakat desa
lebih mengenalnya dengan sebutan Mbah Larasati dan Mbah Tunggul Wulung. Mbah
Larasati itu bukan sembarang orang, beliau sakti karena sebelum benar-benar
menjadi manusia beliau adalah dewi. Namun sayang sekali, beliau diturunkan ke
bumi lantaran tidak disenangi.
c.
Mbah Dewi Sri
Larasati dan Mbah Tunggul Wulung adalah sepasang manusia yang pertama kali mempunyai
gagasan untuk membangun hutan belantara menjadi sebuah desa. Maka jadilah Desa
Kalidadap. Dulunya tentu saja tidak seperti keadaan sekarang ini.
4.
Mengapa cerita
ini masih tetap ada di masyarakat dan turun temurun dari generasi ke generasi?
Jawaban:
a.
Memang harusnya
cerita seperti ini tidak boleh dilupakan oleh anak cucu yang menjadi
pemuda-pemudi desa ini. Tetapi kenyataannya sudah banyak yang anak muda yang
tidak paham jika ditanya asal-usul Desa Kalidadap. Namun, masih banyak juga
yang hapal betul cerita desa ini. Saya sebagai orang tua khususnya sering
menyebarkan cerita ini dengan cara mendongeng pada anak-anak saya sebelum
mereka tidur. Jika saat ini kadang-kadang saya bercertita tentang desa ini
zaman dulu kepada cucu saya saat menemani mereka bermain.
b.
Cerita ini
mamang sudah seharusnya menjadi obrolan dan cerita menarik di kalangan
masyarakat desa. Pasalnya cerita inilah yang menjadi sejarah desa ini. Sejarah
sama halnya dengan aset berharga yang harus dipahami dan dipelajari oleh para
pemuda dan pemudinya.
c.
Cerita ini
memang masih ada di masyarakat, tapi tampaknya sudah mulai luntur. Saya sendiri
tidak tahu penyebab pastinya. Tapi saya kira cerita itu luntur karena tidak
adanya pencerita yang benar-benar paham dan mau menceritakannya kepada generasi
muda. Bukan semata-mata kesalahan dari orang tua yang tidak mau menyebarkan
cerita ini kepada anak-anaknya, tetapi perkembangan teknologi pula yang
menyebabkan kurangnya minat generasi muda terhadap cerita-cerita seperti ini.
Keterangan:
a. Jawaban dari Mbah Kasmorejo (narasumber)
b. Jawaban dari Bapak Mismanto (narasumber)
c. Jawaban dari Bapak Jumadi (narasumber)
Dari jawaban para narasumber terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, cerita legenda Desa
Kalidadap dapat dirangkai secara utuh. Berikut rangkaian cerita Legenda Desa
Kalidadap:
Legenda Desa Kalidadap
Pada zaman dahulu hiduplah seorang wanita muda
bernama Dewi Sri Larasati. Larasati sebenarnya adalah seorang dewi yang
dirutunkan dari kahyangan lantaran sudah tidak disegani oleh dewi-dewi lainnya.
Dewi Larasati kemudian dikutuk menjadi manusia dan diturunkan ke bumi.
Larasati tidak mengerti tempat-tempat yang ada di
bumi, yang dia tahu hanyalah hutan belantara tempatnya pertama kali menginjak
bumi. Oleh sebab rasa takut, ia pun terus berjalan berniat keluar dari hutan
itu. Namun, tanaman-tanaman hijau yang menjulang tinggi dan rimbun itu tampak
tidak pernah habis. Dia tidak bisa keluar dari hutan belantara.
Setelah berjalan lama, akhirnya
Larasati menemukan sungai (saat ini bernama Sungai Lokulo). Hatinya sangat
senang karena berpikir akan segera keluar dari hutan. Dia mempercepat jalannya
hingga sampai di tepi sungai. Di sana, dia menemukan seorang manusia laki-laki
yang sedang duduk di bawah pohon dadap. Lalu Larasati menghampiri lelaki itu dan terjadilah perkenalan.
Lelaki itu bernama Tunggul Wulung,
manusia pengembara yang tersesat dan berharap keluar dari hutan belantara.
Harapan Larasati dan Tunggul Wulung pupus mengingat pengalaman mereka berdua
yang tidak kunjung menemukan jalan keluar. Larasati berjalan dari arah utara dan
berhenti di Sungai Lokulo setelah berbulan-bulan tidak bisa keluar dari hutan.
Begitu pun dengan Tunggul Wulung yang berjalan dari arah selatan dan tidak
menemukan jalan keluar.
Larasati dan Tunggul Wulung pada
akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Sebab tidak ada manusia
lain yang bersama mereka saat itu, lalu mereka berdua memutuskan untuk menikah
dan hidup bersama sebagai pasangan. Untuk melindungi diri dari serangan
binatang buas, mereka mendirikan rumah dari kayu yang berada di sebelah selatan
Sungai Lokulo.
Selang beberapa puluh tahun, mereka telah memiliki
banyak anak dan hidup bahagia di hutan itu. Sekarang hutan itu pun sudah tidak
melulu kayu-kayu besar, ada pula rumah-rumah dengan berbagai aktivitasnya.
Anak-anak kecil bermain di sungai sambil mencari ikan, wanita yang sudah
menjadi ibu memasak di tanah lapang untuk santapan para lelaki setelah pulang
berburu.
Nah! pada perkumpulan makan besar di tengah lapang,
seseorang bertanya perihal nama tempat yang mereka tinggali. Semua anak
mendadak bingung dan meminta jawaban dari ibu mereka masing-masing. Ibu mereka
pun bingung dan pertanyaan yang asama akhirnya ditujukan pada Larasati dan
Tunggul Wulung. Sepasang manusia itu telah berganti panggilan menjadi Mbah
Larasati dan Mbah Tunggul Wulung pun bingung.
Maka pada akhirnya mereka berdua jujur pada anak
cucu mereka, bahwasannya memang tempat yang mereka tinggali dari dulu belum
bernama. Kemudian semua orang yang hadir dalam makan besar itu berdiskusi untuk
memberi nama tempat tersebut.Pada akhirnya tempat itu diberi nama Desa
Kalidadap. Nama tersebut muncul dari awal pertemuan Mbah Larasati dan Mbah
Tunggul Wulung di tepi sungai, tepatnya di bawah pohon dadap.
C.
Pengalaman
Berharga
Penelitian ini tentunya memberikan pengalaman
yang sangat berharga bagi peneliti. Dimulai dari proses rancangan penelitian,
peneliti dituntut untuk jeli dalam membuat srtuktur atau metode penelitian.
Berikut ini urutan struktur penelitian yang dilakukan:
1) Langkah awal dalam penelitian ini yaitu menentukan
tema dan judul penelitian.
2) Selanjutnya pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber terlebih dahulu dirancang oleh peneliti.
3) Setelah persiapan pertanyaan, barulah peneliti
memilih 3 narasumber berdasarkan rekomendasi dan data dari ketua RT Desa
Kalidadap.
4) Kemudian penulis menentukan waktu yang tepat untuk
melakukan wawancara.
5) Peneliti membutuhkan waktu 3 hari dalam proses
wawancara dan perolehan data.
6) Setelah semua data berhasil ditentukan, barulah
peneliti menyusun laporan penelitian.
Berikut cerita pribadi peneliti dalam upayanya
melakukan penelitian ini:
Jujur penelitian ini membuat saya berpikir sedikit
lebih keras dan berusaha lebih keras daripada mengerjakan tugas-tugas kuliah
yang biasanya. Pasalnya saya harus benar-benar terjun ke lapangan untuk mencari
data. Bukankah sangat sulit mengarang cerita kalau pun saya berniat mengerjakan
tugas ini secara sembarang dan asal-asalan?
Nah! pada akhirnya saya pun merancang pertanyan
setelah menentukan tema dan judul. Saya kira merancang pertanyaan bukanlah hal
yang sulit jika dibandingkan dengan proses wawancara. Saya memerlukan waktu 3
hari untuk wawancara dan mencari data. Pada hari pertama, saya datang ke rumah
Ketua RT. Namun, saya tidak bisa langsung melakukan wawancara karena Ketua RT
sedang di sawah, alhasil saya harus pulang tanpa mengantongi informasi.
Hari berikutnya saya datang lagi ke rumah Ketua RT
setelah kemarin membuat janji dengan Bu RT. Hari itu saya baru bisa melakukan
wawancara dengan Ketua RT. Jawaban Pak RT terhadap pertanyaan yang saya berikan
cukup mudah dicerna dan tidak berbelit-belit karena beliau sudah membaca arsip
desa mengenai asal-usul Desa Kalidadap
sebelumnya. Sesi wawancara dengan Pak RT pun berujung dengan sukses dan
akhirnya foto bersama.
Untuk wawancara dengan 2 narasumber yang lainnya
sangatlah mudah karena saya mewawancarai Mbah Kasmo (nenek saya) dan Bapak
Mismanto (pakdhe saya). Mbah Kasmo bisa dikatakan sebagai pemilik cerita dan
Bapak Mismanto sebagai pendukung cerita. Sebenarnya saya agak malu karena tidak
pernah melibatkan keluarga dalam urusan sekolah, tetapi kali ini untunglah
mereka memahami meskipun saya mewawancarai mereka di momen lebaran yang
notabene masih banyak tamu. Alhasil wawancara sukses tanpa ada halangan apa pun.
Dalam pengambilan gambar Sungai Lokulo sebagai bukti
awal mulanya Desa Kalidadap, saya harus ke ujung utara desa. Jaraknya cukup
jauh dari rumah jalannya pun sulit. Saya harus berjalan kaki untuk menuju
sungai ini. Berhubung lokasinya agak jauh, saya mengajak teman sepermainan di
desa agar dia mau menemani saya ke Sungai Lokulo.
D.
Lampiran
![]() |
Sungai Lokulo, Desa Kalidadap |
![]() |
Bersama Narasumber Mbah Kasmorejo dan Bapak Mismanto |
![]() |
Bersama Narasumber Bapak Jumadi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar